Minggu, Maret 15, 2009

Wajah Pendidikan Indonesia

Hari ini 2 Mei 2008, tanggal inilah bangsa Indonesia memperingati hari pendidikan nasional. Hari yang menjadi tonggak semangat dunia pembelajaran bangsa. Semua pasti setuju kalau dikatakan, pendidikan mempunyai peran sangat vital demi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan, akan tercipta manusia yang pandai, tak hanya cakap kemampuan berpikir logika, tapi kemampuan sosialisasi, dan cakap dalam hal bidang agama (idealnya). Memahami peran penting dunia pendidikan, Pemerintah mencantumkan pendidikan sebagai tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam batang tubuhpun di pasal 31 dijelaskan bahwa pendidikan menjadi hak setiap warga, dan tak tanggung-tanggung di situ disebut pemerintah harus mengalokasikan besaran anggaran sekurang-kurangnya 20% setiap tahunnya dalam APBN.

Mengenai ditetapkannya 2 Mei sebagai hari pendidikan, adalah sebagai salah satu upaya menghargai jasa Ki Hadjar Dewantara. Dialah salah satu tokoh pendidikan di negeri ini. Sedangkan 2 Mei adalah hari di mana dia dilahirkan tepatnya 2 Mei 1889. Dialah pendiri Taman Siswa, yang memberikan kesempatan bagi pribumi untuk mengenyam pendidikan formal. Semboyan terkenalnya, sampai saat ini masih dikenal khalayak yaitu Tut Wuri Handayani.

Setelah hampir satu abad semenjak didirikannya perguruan Taman Siswa, layaknya sebuah proses, dunia pendidikan kita mengalami perkembangan. Perkembangan yang tak luput dari berbagai hambatan dan tantangan. Ya, banyak sekali kemajuan yang telah dicapai mulai dari perbaikan infrastruktur penunjang, perbaikan kurikulum, peningkatan kesejahteraan guru, sampai prestasi dunia pendidikan kita dalam kancah internasional. Lihat saja, setiap diadakannya ajang olimpiade pendidikan semisal AphO dan IphO. Terakhir dalam Olimpiade Fisika Asia (APhO) ke-9 di Mongolia bulan lalu putra-putri Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa di forum Internasional dengan mempersembahkan 3 medali emas, 1 medali perak, 1 medali perunggu dan 4 Honorable Mention.

Wajah indah ini, ternoda dengan seringnya bahkan bisa dibilang musiman ditemuinya kecurangan dalam Ujian Akhir Sekolah. Entah berapa banyak kecurangan ini terungkap. Tak tanggung-tanggung kecurangan ini merupakan konspirasi semua pihak baik siswa, orangtua, maupun pihak sekolah. Inilah imbas dari semakin susahn dan tingginya standar kelulusan di negeri kita. Tapi apa boleh buat, standar ini semata-mata untuk mengontol bahkan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini.

Masih adanya sekolah gubug reot, dan kesejahteraan guru yang minim masih menjadi dinamika pendidikan bangsa ini. Keterbatasan anggaran dicap dan dijadikan alasan untuk menutupi kegagalan pendidikan ini. Ya, pemerintah boleh dibilang masih gagal, karena amanat UUD’45 belum sepenuhnya dijalankan, bisa dibilang Pemerintah mengkhianati amanat total anggaran 20% dari APBN. Apa boleh buat, bangsa ini masih hijau, masih dalam proses perkembangan. Seperti halnya bangsa berkembang lainnya, terbatasnya anggaran masih menjadi dilema. Dengan anggaran terbatas, harus di bagi-bagi ke dalam berbagai fungsi/ jenis belanja. Akhirnya amanat 20% ini belum bisa dipenuhi. Tetapi setiap tahun pemerintah terus berupaya menambah porsi anggaran pendidikan dibanding 10 fungsi lainnya ( klasifikasi anggaran berdasarkan fungsi), baik jumlah maupun prosentasenya. (lihat tabel).



Ya, keterbatasan anggaran semestinya bukan alasan untuk tidak bergerak. Yang lebih penting, bagaimana memanfaatkan anggaran ini demi tercapainya efektivitas pendidikan di tanah air kita ini.

Selamat Hari Pendidikan, Tut Wuri Handayani....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar